Rabu, 18 April 2012

hang out Hemat ala anak Bandung


Mau bagi-bagi tips hemat main keluar a.k.a hang out yang sering gue terapin  Ini tips berlaku kalau Lo hang out nya sendirian. Ga bareng temen . Kalau cuma pengen jalan-jalan karena bosan dirumah, trus ngeluarin uang banyak kan sayang. Kalau hanya sekedar baca-baca buku di gramed aja sih mending baca tips ini;

1. Makan Dulu Sebelum pergi main-main keluar
Kenapa harus makan dulu? Kan di luar banyak yang jual makanan? Nah itu dia. yang jual makanan diluar itu kadang-kadang mahal. Apalagi kalau di mall-mall, plaza, dan square2an gitu. Rata-rata harga makanannya 10rb keatas. Nah, kalau udah makan dirumah kan ga usah ngeluarin duit lagi

2. Bawa minum
Oke kalau ga mau makan dulu. Kalau tetap ngotot mau makan, bawa air. Tau sendirikan harga minuman kadang-kadang lebih mahal dari harga makanan. Banyak juga kan fastfood atau resto gitu yang nawarin makanan murah tapi tanpa minuman. Kadang-kadang kita harus bayar mahal gara-gara minumannya.

3. Bawa makanan dan minuman dari rumah
Kalau pun udah makan dari rumah, kadang-kadang masih ngerasa lapar sampai di TKP. Nah, bawa makan dan minum aja dari rumah. Minimal roti dan air mineral lah. Ya kan…

4. Hindari makan di Mall beserta kawan-kawannya
Maksud kawan-kawannya disini kayak plaza, square, dan sobat-sobatnya. Maksud sobat-sobatnya disini….(kapan beresnya). Kalau mau tetap makan dan minumnya diluar, jaga jarak dari mall-mall itu. Usahakan makan makanan kaki lima. Tanya dulu harganya . Jangan salah lho, kadang-kadang harga kaki lima bisa mahal juga. Pernah ngalamin kan? Gue sih pernah 
Ok deh, segitu dulu kali ya. Kalau ada tips yang lain, silahkan terapkan sendiri. Kandang ayam kandang buaya. Udah dulu ya

Like statusku dungg. Maksud eLo?

Siapa sih yang ga punya facebook dijaman sekarang? Hanya segelintir orang yang ga punya FB. Nah di FB kan ada tombol “like” tuh.  Sebenarnya apa ya maksud seseorang nge-like status di FB?
Ada berbagai maksud seseorang nge-like status di FB.

1. Memang suka
Mungkin orang tersebut membubuhkan tanda jempol di status seseorang karena benar-benar suka pada status tersebut. Mungkin karena kata-katanya yang bagus, atau mungkin karena lucu.

2. Sedang Mengalami
Bisa juga karena seseorang sedang mengalami apa yang ditulis orang lain tersebut. Makanya di kasih jempol.

3. Mengejek
Kalau menurut gw sih, bisa juga mengejek seseorang. Misalnya orang tersebut menuliskan status yang sedang sial, kemudian di-like sama seseorang karena ingin menertawakan

4. Iseng
Nah ini banyak juga nih ditemukan. Ada sebagian orang yang kerjanya nge-like status orang mulu. Ga ngerti gw maksud dan tujuannya apa. Apa karena terlalu baik? Apa mungkin ga ada kerjaan? Atau mungkin lagi ikutan kuis?

5. Narsis
Ada juga lho yang ngelike statusnya sendiri. Aneh banget ya. Ya terserah Lo sih itu. Tapi yang kadang gw heran, misalnya dia bikin status “Aduh sakit kepala”, trus di like sendiri sama dia. Maksudnya apa coba. Seneng lagi sakit kepala? Atau apa? Jawab! Jawaaab!!! 
Nah trus maksudnya ngucapin makasih kalau statusnya di like apa ya? Ga ngerti gw. Ahh yasudahlah.. Facebook facebook Lo ini

Request: Bisa ga FB ditambahin tombol “jari tengah”? 

Folback Dong! Twitterku..

Salah satu media social yang sedang digandrungi sekarang adalah twitter. Mulai dari yang belum terkenal sampai orang yang udah terkenal rata-rata udah punya akun di twitter. Ada gejala dibeberapa orang saat menggunakan twitter. Salah satunya minta di “ikuti balik” (folback) saat dia “ngikutin” (follow) kita. Kalau gue ga akan langsung folback, gue pertimbangin dulu. Nih hal-hal yang menjadi pertimbangan gue:

1.Lihat isi timeline nya
Sebelum folback gue biasanya lihat isi timeline nya dulu. Kalau timeline atau twitnya RT-an semua, gua ga bakal follow balik tu orang. Buat apa juga kan follow balik, kalau-kalau nantinya menuhin timeline kita aja.

2.Lihat kapan dia terakhir ngetwit
Biasanya gue juga akan melihat kapan terakhir kali dia ngetwit. Kalau terakhir kali dia ngetwit 1 tahun yang lalu, gue ga akan follow balik. Ngapain juga folback orang yang udah “kabur” dari akunnya

3.Lihat jumlah twitnya
Selain dua hal di atas, jumlah twit juga mempengaruhi gue buat folback seseorang. Kalau twitnya 0 alias kosong melompong, gue mikir-mikir dulu buat folback. Ga mau ah folback orang tapi “ga ada orangnya”. Hiiiiiii….

4.Di protect atau ga
Nah ini penting juga nih. Pas kita klik akun twitter yang minta di folback, ternyata akunnya di protect alias ga bisa liat timeline nya. Males kan jadinya buat folback. Lagian kalau pun kita folback, itu akan pending dulu lho sampai orang tersebut konfirm.
Gimana, setuju dengan hal-hal di atas? Atau ada yang kurang? Boleh di share 

Minggu, 15 April 2012

Adik Tommy


Sekitar 14 tahun yang lalu, aku berdiri menyaksikan para mahasiswaku berbaris memasuki kelas untuk mengikuti kuliah pertama tentang teologi iman. Pada hari itulah untuk pertama kalinya aku melihat Tommy. Dia sedang menyisir rambutnya yang terurai sampai sekitar 20 cm di bawah bahunya.

Penilaian singkatku: dia seorang yang aneh? Sangat aneh. Tommy ternyata menjadi tantanganku yang terberat. Dia terus-menerus mengajukan keberatan. Dia juga melecehkan tentang kemungkinan Tuhan mencintai secara tanpa pamrih.

Ketika dia muncul untuk mengikuti ujian di akhir kuliah, dia bertanya dengan agak sinis, "Menurut Pastor apakah saya akan pernah menemukan Tuhan?"

"Tidak," jawabku dengan sungguh-sungguh.

"Oh," sahutnya. "Rasanya Anda memang tidak pernah mengajarkan bagaimana menemukan Tuhan."

Kubiarkan dia berjalan sampai lima langkah lagi dari pintu, lalu kupanggil. "Saya rasa kamu tak akan pernah menemukan-Nya. Tapi, saya yakin Dialah yang akan menemukanmu. "

Tommy mengangkat bahu, lalu pergi. Aku merasa agak kecewa karena dia tidak bisa menangkap maksud kata-kataku. Kemudian kudengar Tommy sudah lulus, dan saya bersyukur. Namun kemudian tiba berita yang menyedihkan: Tommy mengidap kanker yang sudah parah.

Sebelum saya sempat mengunjunginya, dia yang lebih dulu menemui saya. Saat dia melangkah masuk ke kantor saya, tubuhnya sudah menyusut, dan rambutnya yang panjang sudah rontok karena pengobatan dengan kemoterapi. Namun, matanya tetap bercahaya dan suaranya, untuk pertama kalinya, terdengar tegas.

"Tommy! Saya sering memikirkanmu. Katanya kamu sakit keras?" tanyaku langsung.

"Oh ya, saya memang sakit keras. Saya menderita kanker. Waktu saya hanya tinggal beberapa minggu lagi."

"Kamu mau membicarakan itu?"

"Boleh saja. Apa yang ingin Pastor ketahui?"

"Bagaimana rasanya baru berumur 24 tahun, tapi kematian sudah menjelang?"

Jawabnya, "Ini lebih baik ketimbang jadi lelaki berumur 50 tahun namun mengira bahwa minum minuman keras, bermain perempuan, dan memburu harta adalah hal-hal yang 'utama' dalam hidup ini."

Lalu dia mengatakan mengapa dia menemuiku. "Sesuatu yang Pastor pernah katakan pada saya pada hari terakhir kuliah Pastor. Saya bertanya waktu itu apakah saya akan pernah menemukan Tuhan, dan Pastor mengatakan tidak. Jawaban yang sungguh mengejutkan saya. Lalu, Pastor mengatakan bahwa Tuhanlah yang akan menemukan saya."

"Saya sering memikirkan kata-kata Bapak itu, meskipun pencarian Tuhan yang saya lakukan pada masa itu tidaklah sungguh-sungguh. Tetapi, ketika dokter mengeluarkan segumpal daging dari pangkal paha saya", Tommy melanjutkan. "Dan mengatakan bahwa gumpalan itu ganas, saya pun mulai serius melacak Tuhan. Dan ketika tumor ganas itu menyebar sampai ke organ-organ vital, saya benar-benar menggedor-gedor pintu sorga. Tapi tak terjadi apa pun..."

"Lalu, saya terbangun di suatu hari, dan saya tidak lagi berusaha keras mencari-cari pesan itu. Saya menghentikan segala usaha itu. Saya memutuskan untuk tidak peduli sama sekali pada Tuhan, kehidupan setelah kematian, atau hal-hal sejenis itu."

"Saya memutuskan untuk melewatkan waktu yang tersisa melakukan hal-hal penting," lanjut Tommy. "Saya teringat tentang Pastor dan kata-kata Pastor yang lain: Kesedihan yang paling utama adalah menjalani hidup tanpa mencintai. Tapi hampir sama sedihnya, meninggalkan dunia ini tanpa mengatakan pada orang yang saya cintai bahwa kau mencintai mereka. Jadi saya memulai dengan orang yang tersulit: ayah saya."

Ayah Tommy waktu itu sedang membaca koran saat anaknya menghampirinya.

"Pa, aku ingin bicara."

"Bicara saja."

"Pa, ini penting sekali." Korannya turun perlahan 8 cm. "Ada apa?"

"Pa, aku mengasihi Papa. Aku hanya ingin Papa tahu itu."

Tommy tersenyum padaku saat mengenang saat itu. "Korannya jatuh ke lantai. Lalu ayah saya melakukan dua hal yang seingatku belum pernah dilakukannya. Ia menangis dan memelukku. Dan kami mengobrol semalaman, meskipun dia harus bekerja besok paginya."

"Dengan ibu saya dan adik saya lebih mudah," sambung Tommy.

"Mereka menangis bersama saya, dan kami berpelukan, dan berbagi hal yang kami rahasiakan bertahun-tahun. Saya hanya menyesalkan mengapa saya harus menunggu sekian lama. Saya berada dalam bayang-bayang kematian, dan saya baru memulai terbuka pada semua orang yang sebenarnya dekat dengan saya.

"Lalu suatu hari saya berbalik dan Tuhan ada di situ. Ia tidak datang saat saya memohon pada-Nya. Rupanya Dia bertindak menurut kehendak-Nya dan pada waktu-Nya. Yang penting adalah Pastor benar. Dia  menemukan saya bahkan setelah saya berhenti mencari-Nya. "

"Tommy," aku tersedak. "Menurut saya, kata-katamu lebih universal daripada yang kamu sadari. Kamu menunjukkan bahwa cara terpasti untuk menemukan Tuhan adalah bukan dengan membuatnya menjadi milik pribadi atau penghiburan instan saat membutuhkan, melainkan dengan membuka diri pada cinta kasih."

"Tommy," saya menambahkan, "Boleh saya minta tolong? Maukah kamu datang ke kuliah teologi iman dan mengatakan kepada para mahasiswa saya apa yang baru kamu ceritakan?"

Meskipun kami menjadwalkannya, ia tak berhasil hadir hari itu. Tentu saja, karena ia harus berpulang. Ia melangkah jauh dari iman ke visi. Ia menemukan kehidupan yang jauh lebih indah daripada yang pernah dilihat mata kemanusiaan atau yang pernah dibayangkan. Sebelum ia meninggal, kami mengobrol terakhir kali.

"Saya tak akan mampu hadir di kuliah Bapak," katanya.

"Saya tahu, Tommy."

"Maukah Bapak menceritakannya untuk saya? Maukah Bapak menceritakannya pada dunia untuk saya?"

"Ya, Tommy. Saya akan melakukannya."

Kedewasaanku

Baca: 1 Korintus 13
Ayat Mas: 1 Korintus 13:11

Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Banyak hal positif yang dapat kita pelajari dari sifat-sifat seorang anak kecil. Misalnya ketulusan dan kepolosan hatinya. Sifat mudah melupakan kesalahan orang lain, tidak mendendam, dan mudah memaafkan. Namun, ada juga beberapa sifat kanak-kanak yang tidak boleh terus kita bawa-bawa tatkala kita sudah menjadi dewasa. Misalnya saja keegoisan, dan sifat mudah menangis apabila keinginannya tidak tercapai.
Rasul Paulus memberi sebuah peringatan bahwa tatkala kita sudah menjadi dewasa, maka kita harus menanggalkan sifat kanak-kanak kita. Sifat kanak-kanak yang seperti apa yang harus ditanggalkan? Yang bertentangan dengan karakter kasih. Jadi, apabila kasih itu sabar maka ketidaksabaran adalah sifat kanak-kanak yang harus kita buang. Apabila kasih itu tidak sombong maka kesombongan adalah sifat kanak-kanak yang harus kita lepaskan. Apabila kasih itu murah hati maka sikap pelit adalah sifat kanak-kanak yang harus kita tinggalkan.
Proses menanggalkan sifat kanak-kanak adalah proses yang akan terus berlangsung seumur hidup. Kedewasaan rohani tidak selalu sejalan dengan bertambahnya usia. Oleh sebab itu, kita harus selalu memeriksa diri dan juga mau mendengar masukan orang lain—di bagian mana kita belum mengalami kedewasaan. Dengan demikian, kita terus mengusahakan pertumbuhan rohani kita agar makin hari menjadi makin dewasa oleh pembentukan Tuhan. Satu demi satu menanggalkan sifat kanak-kanak rohani yang masih melekat, dan meminta Tuhan menolong kita untuk diubahkan serta diproses menjadi makin dewasa.

TANGGALKAN SIFAT KEKANAK-KANAKAN

GANTIKAN DENGAN KASIH