Senin, 20 Agustus 2012

Mengubah karakter diri


Tema kita hari ini tentang mengubah karakter diri.

Mengubah Karakter Diri 3 suku kata yang bisa jadi kontroversi apabila disalah maknakan ^_^.
Banyak teman-teman kita yang bilang,saya akan mengubah karakter diri saya. Nah pertanyaannya mengubah karakter diri itu yang seperti apa?

Ada memang yang mengubah karakter dirinya dari kurang baik menjadi lebih baik. Kalo yang ini mah bagus. Tapi ada lagi yang dari baik menjadi kurang baik,tapi dia tetap bilang saya sedang mengubah karakter diri. Nah apa ini juga termasuk dalam makna kata Mengubah Karakter Diri???
Namun sebenarnya pertanyaan yang mendasar. Apa karakter bisa diubah??
Nah jawabannya karakter itu bisa diperbaiki,tapi tidak bisa diubah. Jadi kalo bisa diperbaiki,biasanya yang diperbaiki itu bisanya dari yang rusak menjadi baik. Jadi orang yang bilang lagi mengubah karakter dari kurang baik menjadi lebih baik itu betul,karena dia sedang memperbaiki karakternya. Dan kata ini salah arti kalo ada yang bilang sedang mengubah karakter diri sedangkan proses yang dilakukannya dari baik menjadi kurang baik.

Nah pertanyaan lagi paramater baik itu seperti apa?Sebagai umat muslim parameter baik kita bisa dilihat dari penjelasan al-qur’an dan hadist rasulullah.
Jadi kesimpulan kembali ke awal untuk makna kata Mengubah Karakter Diri itu adalah memperbaiki karakter diri dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Bagi yang sedang prosesnya dari baik menjadi kurang baik,jangan ngomong lagi mengubah karakter diri ya,karena mengubah itu dari buruk menjadi baik,bukan dari baik menjadi buruk. So jangan disalah artikan makna kata tadi ya. Jangan asal ngomong terhadap apa yang dilakukan maksudnya ^_^

Minggu, 19 Agustus 2012

Bulan Terang Di ujing Surabaya



Bulan, jangan pergi! Jangan kau sembunyi di balik awan!
Bulan, jangan menghilang! Jangan kau larut dalam kegelapan!
Bulan, temani aku! Disini sepi!

Semilir angin malam menggoyangkan pepohonan, mereka menyambut kedatanganku. Tikus-tikus dengan cepat bersembunyi, mereka tidak mau menggangguku. Rerumputan terus bergoyang, menggodaku untuk mendudukinya. Dan bulan, terus setia menemaniku dengan cahaya lembutnya.
Bulan, aku kesini mencarimu. Aku ingin menceritakan sesuatu, aku terjatuh! Aku terluka, dan aku tak tahu harus mengadu pada siapa..
Bulan, rengkuh aku dengan cahayamu! Bantu aku untuk tegar, aku terlalu lemah menerima kenyataan ini!
Bulan, hapuslah air mataku! Aku tak tahan menahan semua gejolak ini!
Bulan, jangan pergi! Jangan kau sembunyi di balik awan!
Bulan, jangan menghilang! Jangan kau larut dalam kegelapan!
Bulan, temani aku! Disini sepi!

***
Bulan, dengarkan ceritaku! Jangan acuh seperti itu!
Bulan, jangan tertawakan aku, jangan terus uji mentalku!
Bulan, apa aku harus terus menangis di hadapanmu?

Bulan, hari ini aku benar-benar terluka. Aku tak tahu harus cerita pada siapa. Aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan yang akan menghampiriku.
Bulan, apa yang harus kulakukan? Apa aku hanya bisa menangis seperti ini sementara orang yang kusayang akan segera meninggalkanku untuk selamanya?
Bulan, kenapa kau tak menjawab pertanyaanku? Aku butuh jawabanmu!
Bulan, dengarkan ceritaku! Jangan acuh seperti itu!
Bulan, jangan tertawakan aku, jangan terus uji mentalku!
Bulan, apa aku harus terus menangis di hadapanmu?

***
Bulan, aku takut jika takdir terus ingin menyakiti perasaanku..
Bulan, aku sudah terlalu lelah disakiti takdir dan ditinggalkan orang yang kusayang..
Bulan, haruskah aku ikut meninggalkan dunia ini? Aku sudah tidak tahan!

Bulan, aku sangat menyayanginya. Dia selalu ada untukku, dia belahan jiwaku. Aku tidak mau ditinggal mati untuk kesekian kalinya. Perasaan sakit sudah berkali-kali bersarang di hatiku. Mentalku sudah tidak kuat lagi menerima pahitnya kenyataan yang akan datang padaku. Mataku sudah kering karena tangisan beberapa hari ini. Aku takut kekasihku dibawa oleh takdir jahat yang membenci kebahagiaanku. Aku takut.
Bulan, kau masih mendengarku ‘kan? Kumohon, jangan sembunyi di balik awan! Jangan larut dalam kegelapan! Jangan pergi meninggalkanku disini! Aku masih terluka dan disini sangat sepi!
Bulan, hargailah perasaanku. Jangan bersikap acuh seperti itu! Kau menertawakanku? Sial, jangan terus uji mentalku! Aku sudah terlalu lama menangis..
Bulan, aku takut jika takdir terus ingin menyakiti perasaanku..
Bulan, aku sudah terlalu lelah disakiti takdir dan ditinggalkan orang yang kusayang..
Bulan, haruskah aku ikut meninggalkan dunia ini? Aku sudah tidak tahan!

***

Bulan, maukah kau membawaku terbang ke tempatmu? Aku ingin menatap kekasihku dari ketinggian sebelum terlelap..
Bulan, bolehkah aku bermain bersama bintang-bintang indahmu? Aku ingin tertidur dengan senyuman..
Bulan, bolehkah aku tidur bersamamu? Aku rindu rasa damai menyelimutiku..

Bulan, hari sudah semakin malam. Aku masih terus menangis, dan kau masih terus diam tak membalas kutukan-kutukanku. Disini dingin, bulan! Aku ingin kau peluk, apa kau mau?
Bulan, aku sudah mengantuk. Temani aku disini ya.. Aku tak mau pulang, aku takut..
Bulan, apakah takdir itu temanmu? Hasutlah dia, jangan bawa pergi kekasihku. Jangan rebut kebahagiaanku! Ancam dia, jika dia mengambil kekasihku, jangan kau mau berteman lagi dengannya!
Bulan, sampaikan salamku pada kekasihku ya.. Katakan padanya, aku sangat tidak ingin kehilangannya. Aku menyayanginya, sangat menyayanginya.
Bulan, maukah kau membawaku terbang ke tempatmu? Aku ingin menatap kekasihku dari ketinggian sebelum terlelap..
Bulan, bolehkah aku bermain bersama bintang-bintang indahmu? Aku ingin kembali tertidur dengan senyuman..
Bulan, bolehkah aku tidur bersamamu? Aku rindu rasa damai menyelimutiku..
Bulan, selamat malam..

Bangkit Dari Kesedihan



Siapa yang belum pernah mengalami kesedihan?. Setiap manusia bisa merasakan yang namanya sedih, bahagia dan lain-lain, warna-warna dalam kehidupan sebenarnya dapat kita nikmati dan di bawa enjoy tidak di bawa dalam pikiran yang justru akan semakin besar dan membuat banyak masalah dan semakin stres jika terus di pikirkan.
Nikmatilah warna-warna hidup ini, hidup harus di nikmati jika kita ingin menikmati hidup dan melupakan kesedihan Insyaallah kebahagiaan selalu datang dan menghampiri kita setiap saat, karena pikiran kita selalu di liputi dengan pikiran positif. Maka yang akan kita dapatpun adalah hal-hal yang positif.
Kesedihan memang kadang membuat kita merasa frustasi, hidup serasa tidak adil bagi kita, seluruh dunia serasa menghina keberadaan kita. Tapi tahukah kita bahwa kesediahan yang kita dapat justru akan membuat pikiran kita semakin dapat menyikapi segala sesuatunya, semakin dewasa, semakin mengetes kesabaran kita.
Sekali lagi nikmatilah warna-warna kehidupan ini, semua pasti ada sisi positif pada setiap kejadian dan ambillah sisi positif itu.
Nah berikut ini adalah tips agar pikiran kita di bawa tenang dan dapat melupakan kesedihan kita (Insyallah):
1- Berusahalah untuk beryanyi dan menari
Nyalakan musik favorit kita, setel sekeras-kerasnya, jika perlu musik pemberi semangat atau musik dance, insyaallah kita yang tadi sedih akan terhanyut dengan lantunan musik ini.
2- Berusahalah untuk tersenyum
Tersenyum dapat membuat otak berputar dari keadaan galau, kacau, pusing dan stres, membuat perlawanan terhadap pikiran yang sedih dengan berusaha untuk selalu tersenyum, memaksa otak untuk befikiran senang dan melupakan berfikiran yang merugikan dan yang meyedihkan.
3- Usahakan gunakan waktu luang dengan orang terdekat
Gunakan waktu luang dengan hobi yang anda punya, misalkan bermain PS dengan teman-teman, atau nongkrong-nongkrong sambil cuci mata di mal, atau lihat mobil-mobil mewah yang lewat di jalan dan hayalkan kalian suatu saat akan punya mobil yang seperti ini, dan apa tahu saja bisa kejadian, Dengan melakukan berbagai kegiatan ini atau yang lainya, Insyaallah pikiran kita akan di buat senang, terbawa arus karena kegiatan bersama teman-teman.
4- Hadiahilah diri anda sendiri
Jika ada cukup uang, cobalah sekali-kali beli makanan yang enak yang anda sukai, jangan terlalu pelit pada diri sendiri, tontonlah film-film yang memberi motivasi atau baca buku-buku memotivasi diri, pemberi semangat.
5- Teruslah berfikir Positif
Anda pernah membaca buku Quantum iklas atau The secret, semua berbicara tentang pikiran positif, betapa dahsyatnya pikiran yang kita punya, jika kita selalu gunakan dengan positif, manfaatnya akan selalu datang pada kita. Sungguh hebat sekali berfikran positif, pertahankanlah pikiran positif.
6- Bersyukurlah pada apa saja
Kita akan melupakan kesedihan jika kita dapat mensyukuri apa yang kita alami, bersyukur menuntun kita untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif, kesedihan adalah salah satu sisi negatif dan pasti dapat di singkirkan jika selalu bersyukur.
7- Menulis
Banyak ahli setuju bahwa menulis dapat menghilangkan stres. Cobalah menuangkan apa yang anda alami dalam bentuk buku harian, atau bahkan dalam bentuk blog, curthatkan, karyakan dan bagikan apa yang ada Insayaallah banyak jalan yang akan di dapat untuk tetap besemangat dan menikmati hidup ini.
8- Berolahragalah
Manfaat olahraga banyak sekali di samping untuk kesehatan bisa juga melupakan kesedihan, jika anda sedang sedih saat itu. Keringat keluar, anda fokus pada olahraga yang anda mainkan dan kesedihan dapat lupa seketika karena salah satu manfaat olahraga.
AYO BANGKIT DARI KESEDIHAN TETEP SEMANGAT MENGHADAPI DAN MENJALANKAN HIDUP

Minggu, 05 Agustus 2012

di Tingalkan SAHABAT BAIK

Hampir tiap orang di dunia ini pernah mempunyai seorang sahabat karib, entah pada saat kita masih kecil maupun saat sekarang ini. Bagaimana kalau Anda di tinggal mati oleh sahabat karib Anda? Tempat dimana Anda bisa berbagi suka maupun duka. Hal inilah yg terjadi pada saat ini dengan diri saya, sobat karib saya, Ben kemarin telah meninggal dunia dalam usia 46 tahun, karena penyakit kanker. Hal ini mengingatkan kembali ketika saya di tinggal mati oleh si Udin.

Sejak usia 2 tahun saya telah di tinggal ayah, karena ia ditawan oleh tentara Jepang. Ibu harus berkerja keras untuk bisa membiayai hidup anak-anaknya.

Ibu sering melakukan puasa, karena tidak cukup makanan dirumah, bahkan kamipun sering tidur dengan perut lapar.

Hal inilah yg mendorong saya untuk minggat dari rumah, karena ingin meringankan bebannya Ibu. Padahal waktu itu usia saya baru 6 tahun dengan rasa berat hati dan air mata terlinang saya berangkat meninggakan kampung halaman dengan tujuan pergi ke kota besar Bandung, karena ingin mencoba mencari nafkah sendiri




Saya berangkat berdua dengan sobat karib saya si Udin yg usianya 3 tahun lebih tua daripada saya. Ber-jam-jam kami berjalan kaki seharian tanpa makan, sedangkan uang tidak kami miliki, satu-satunya harta yang kami miliki ialah sehelai baju yang melekat dibadan kami.

Karena sudah tidak tertahankan lagi, saya mengusulkan kepada si Udin untuk mencuri buah-buahan di kebun orang, tetapi si Udin walaupun ia anak yatim, ia sangat taat sekali kepada agama, ia melarang saya untuk mencuri, ia bilang lebih baik kita mengemis daripada mencuri.

Kami melewati satu gedung besar, dan kami berpikir disinilah kita bisa mengemis untuk memohon sesuap nasi, tetapi belum saja kami bisa masuk ke halaman rumah, kami telah dikejar oleh anjing sipemilik rumah, kami lari terbirit-birit, tetapi dengan kaki yg masih kecil, saya belum bisa berlari cepat, sehingga saya jatuh tersungkur dan anjing menggigit saya. Akhirnya si Udin datang melindungi dan menghalau anjing tersebut.

Hujan telah turun dgn deras, badan kami menggigil kedinginan, karena telah tak tertahankan lagi, kami mencari makan di tempat sampah, ternyata disitu masih ada sisa sepotong roti kecil, dan beberapa genggam nasi.

Karena badan saya telah lemah lunglai apalagi telah digigit anjing, si Udin memberikan roti maupun nasi tersebut semuanya untuk saya, makanlah ia bilang, karena saya lagi puasa, walaupun kenyataannya tidaklah demikian, tetapi ia mengikhlaskannya untuk saya.

Malam hari itu kami tidur di emperan rumah orang, tepatnya di depan sebuah kelenteng. Malam-malam saya terbangun, karena saya mendengar si Udin mengeluh kesakitan, badannya menggigil, tak satu katapun bisa ia ucapkan tetapi matanya kelihatan sayu.

Saya mengetahui ia sakit, karena lapar, ia sudah tidak makan sejak lebih dari dua hari, dan bagian makanannya selalu diberikan kepada saya, sehingga badannya menjadi sedemikian lemahnya.

Dari luar kelenteng masih kelihatan cahaya api lilin remang-remang diatas meja sesajen, tanpa pikir panjang saya memanjat pagar dan pintu kelenteng untuk bisa masuk ke dalam, akhirnya saya berhasil mencuri sesajen berupa dua potong kueh. Saya berlari kepada si Udin cepat-cepat untuk memberikannya kepada dia, karena saya merasa takut sekali kehilangan dia.

Ketika saya tiba, saya berusaha memeluk badannya si Udin yang gemetaran dan mencoba menyuapkan kueh ke dalam mulutnya, tetapi rupanya telah terlambat. Sang Pencipta telah memanggil dia balik kepangkuan-Nya.

Apakah Anda bisa membayangkan betapa perasaan seorang bocah berusia 6 th yang di tinggal mati oleh kawan dan sobat satu-satunya yg pada saat itu tidak memiliki siapapun juga, karena jauh dari kampung halaman?

Bagaimana perasaan Anda apabila sobat karib Anda meninggal dalam pelukan tangan Anda?

Dibawah hujan rintik-rintik dengan badan menggigil kedinginan, saya menangis terseduh-seduh. Saya mendekap badannya si Udin erat-erat dan dengan suara tersendat-sendat saya mengucapkan: "Jangan tinggalkan saya, Din! Jangan tinggakan saya seorang diri..."

Hal inilah yang terulang dan teringat kembali, bagaimana sakitnya perasaan dan hati saya di tinggal oleh seorang sobat karib. Dengan air mata terlinang saya menyanyikan lagu: "What we have a friend in Jesus!"

Selamat jalan Ben!

A brother may not be a friend, but a friend will always be a brother. (Elia Stories)

Setiap Harimu adalah Hari Istimewa buat KITA

ahabatku membuka laci tempat istrinya menyimpan pakaian dalam dan membuka bungkusan berbahan sutra "Ini, ...", dia berkata, "Bukan bungkusan yang asing lagi". Dia membuka kotak itu dan memandangpakaian dalam sutra serta kotaknya. "Istriku mendapatkan ini ketika pertama kali kami pergi ke New York, 8 atau 9 tahun yang lalu. Dia tidak pernah mengeluarkan bungkusan ini. Karena menurut dia, hanya akan digunakan untuk kesempatan yang istimewa.

Dia melangkah dekat tempat tidur dan meletakkan bungkusan hadiah didekat pakaian yang dia pakai ketika pergi ke pemakaman. Istrinya baru saja meninggal. Dia menoleh padaku dan berkata; "Jangan pernah menyimpan sesuatu untuk kesempatan istimewa, setiap hari dalam hidupmu adalah kesempatan yang istimewa!"

Aku masih berpikir bahwa kata-kata itu akhirnya mengubah hidupku. Sekarang aku lebih banyak membaca dan mengurangi bersih-bersih. Aku duduk di sofa tanpa khawatir tentang apapun. Aku meluangkan waktu lebih banyak bersama keluargaku dan mengurangi waktu bekerjaku. Aku mengerti bahwa kehidupan seharusnya menjadi sumber pengalaman supaya bisa hidup, tidak semata-mata supaya bisa survive (bertahan hidup) saja.

Aku tidak berlama-lama menyimpan sesuatu. Aku menggunakan gelas-gelas kristal setiap hari. Aku akan mengenakan pakaian baru untuk pergi ke Supermarket, jika aku menyukainya. Aku tidak menyimpan parfumspecialku untuk kesempatan istimewa, aku menggunakannya kemanapun aku menginginkannya. Kata-kata "Suatu hari ." dan Satu saat nanti....."sudah lenyap dari kamusku. Jika dengan melihat, mendengar dan melakukan sesuatu ternyata bisa menjadi berharga, aku ingin melihat, mendengar atau melakukannya sekarang.

Aku ingin tahu apa yang dilakukan oleh istri temanku apabila dia tahu dia tidak akan ada di sana pagi berikutnya, ini yang tak seorangpun mampumengatakannya. Aku berpikir, dia mungkin sedang menelepon rekan-rekannya serta sahabat terdekatnya. Barangkali juga dia menelpon teman lama untuk berdamai atas perselisihan yang pernah mereka lakukan. Aku suka berpikir bahwa dia mungkin pergi makan MartabakSpesial, makanan favoritnya. Semua ini adalah hal-hal kecil yang mungkin akan aku sesali jika tak aku lakukan, jika aku tahu waktu sudah dekat.

Aku akan menyesalinya, karena aku tidak akan lebih lama lagi melihat teman-teman yang akan aku temui, juga surat-surat yang ingin aku tulis Suatu hari nanti". Aku akan menyesal ! dan merasa sedih, karena aku tidak sempat mengatakan betapa aku mencintai orangtuaku, saudara-saudaraku dan teman2ku. Sekarang, aku mencoba untuk tidak menunda atau menyimpan apapun yang bisa membuatku tertawa dan bisamembuatku menikmati hidup. Dan, setiap pagi, aku berkata kepada diriku sendiri bahwa hari ini akan menjadi hari istimewa. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, adalah istimewa.

Apabila kamu mendapatkan pesan ini, itu karena seseorang peduli padamu, dan karena mungkin ada seseorang yang kamu pedulikan. Jika kamu terlalu sibuk untuk mengirimkan pesan ini kepada orang lain dan kamu berkata kepada dirimu sendiri bahwa kamu akan mengirimkannya "Suatu saat nanti", ingatlah bahwa "Suatu saat" itu sangat jauh ... Dan mungkin tidak akan pernah datang.

Pendaki Gunung

Suatu ketika, ada seorang pendaki gunung yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan.Di punggungnya, ada ransel carrier dan beragam carabiner (pengait) yang tampak bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang disusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat, persiapan yang dilakukan pun lebih lengkap.

Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi didalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah.




Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yangterjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan,tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding.

Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah,tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di pinggangnya. Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. ia tak tahu dimana ia berada.

Sang pendaki begitu cemas, lalu ia berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.

Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, tampak terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. "Potong tali itu.... potong tali itu.

Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa...

Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak membeku,dan tampak telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan tanah, hanya berjarak 1 meter saja....


Teman, kita mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu, yang tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan bisa selamat dengan membiarkannya terjatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter. Ia tentu tak harus mati kedinginan karena tali itulah yang justru membuatnya terhalang.

Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Sang Pencipta tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban,masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini. Kita sering mendapati ada banyak sekali badai-badai salju yang terus menghantam tubuh kita. Mengapa tak disediakan saja, jalan yang lurus, tanpa perlu menanjak, agar kita terbebas dari semua halangan itu?

Namun teman, cobaan yang diberikan Sang Pencipta buat kita, adalah latihan,adalah ujian, adalah layaknya besi-besi yang ditempa, adalah seperti pisau-pisau yang terus diasah.Sesungguhnya, di dalam semua ujian, dan latihan itu,ada tersimpan petunjuk-petunjuk, ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA.

Ya, asal kita percaya.

Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, sehingga mampu membuat kita "memotong tali pengait" saat kita tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, hingga kita mau menyerahkan semua yang ada dalam diri kita kepada-Nya?

Karena percaya adanya di dalam hati, maka tanamkan terus hal itu dalam kalbumu. Karena rasa percaya tersimpan dalam hati,maka penuhilah nuranimu dengan kekuatan itu.Percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Sang Pencipta dalam setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.

Mari KITA REUNI SMA lagi? :)

Nama tempat itu Hard Rock Café, di Jakarta, yang selama bertahun-tahun sebagai warga Ibukota, saya belum pernah masuk ke dalamnya. Ya! Karena segan dan memang tidak ada urusan yang menggiring ke sana jadi untuk apa ke sana? Namun baru-baru ini mau tidak mau saya harus ke sana, sebab mantan murid-murid saya dulu di Kelapa Gading Permai-Jakarta Utara membuat acara reuni angkatannya lulusan SMA tahun 1996. Saya pun datang dan jumpa mereka, dan juga jumpa dengan rekan-rekan Guru yang sudah mantan maupun masih mengajar di SMA itu. Tidak ada yang istimewa dalam bayangan saya. Paling-paling yahhh…begitu-begitu saja. Acara kangen-kangenan, cium piki-pika, teriak histeris, becanda-becanda, bernostalgia, ingat-ingat pengalaman dihukum Guru, minta maaf atas ulah masa lalu sebagai murid/Guru. Dan foto bareng. Begitu saja.

Tapi, eeeiiittt…tunggu dulu, ekor mata saya diam-diam memperhatikan sisi tertentu. Saya teringat beberapa murid saya yang dulu bikin ulah ataupun yang prestasinya begitu-begitu saja, wahhh…sekarang sudah dewasa, percaya diri, dan termasuk sukses dalam bisnisnya. Termasuk yang jadi pembawa acara (MC)…ehhhh…ternyata dia orang penting di Hard Rock Café itu….weleh-weleh…masih muda, ganteng, public speaking-nya mantap, dan kreatif serta improvisasinya spontan! Bahkan baru saja dia diwawancarai di acaraKICK ANDY-Metro TV. Tak sangka-sangka, sebagai orang media, saya memprediksi kesuksesan akan terus menghampiri mantan murid saya ini kelak.

Demikian pula para Guru yang hadir, saya perhatikan, ada yang sudah berambut putih, gemuknya bertambah, ataupun makin kecil tubuhnya, dan bahkan ada yang warna kulitnya lebih kelam, dan hehehehe…ada yang dulu tidak berkumis, sekarang memelihara kumis, jadi lucu! Dan saya juga menyimak dengan serius saat Kepala sekolah, yang pertama memberi sambutan, menyampaikan rasa bangganya, dan diakhir pidatonya beliau memberi pesan rohani tentang penyertaan Tuhan serta tetap mengandalkan Tuhan dalam menjalani hidup di hari-hari kemudian.

Seorang dosen saya (di Sekolah Tinggi Teologia) sempat-sempatnya menyelipkan pesan yang berkaitan dengan mata kuliah yang diajarkannya sore itu, agar sebuah keluarga pun jangan menganggap enteng konsep dan praktik reuni ini. Ketika anak-anak sudah besar dan telah beranak pula, maka berkumpulnya keluarga besar, anak-cucu-cicit, kakek/nenek-papa/mama-kakak/adik, tentu membawa kebahagiaan tersendiri. Berbagai sisi perjalanan hidup dari setiap anggota keluarga besar, dapat dibagikan/diceritakan sehingga banyak hal yang dapat direnungkan dan dipelajari dan bahkan dapat diterapkan dalam menjalani kehidupan mendatang. Ini merupakan “perkuliahan” gratis yang tidak ternilai biaya “kuliah”-nya.

Saya terkesima sejenak pada kisah berkumpulnya saudara-saudara kandung Yusuf di Mesir, ketika Yusuf sudah menjadi pejabat tinggi Mesir, itu adalah reuni yang unik dan mendebarkan. Betapa tidak, saudara-saudara kandung Yusuf ibarat mendatangi penjara bagi dirinya sendiri. Namun, dalam reuni yang penuh haru-biru itu, telah terjadi kemenangan di pihak kasih. Itulah sebuah reuni yang diawali rasa dag-dig-dug yang sangat tinggi karena dikompori oleh rasa bersalah yang sangat tinggi pula. Tapi diakhiri dengan rekonsiliasi yang sangat membahagiakan dan penuh berkat, tidak ada lagi ganjalan akar pahit maupun ketakutan luar biasa. Inilah sebuah reuni yang patut diteladani.

Hmm...saya pun pernah menghadiri reuni SMA saya sendiri. Kami ada sekitar 600-an siswa, angkatan yang sama tahun kelulusannya. Fakta bahwa SMA saya pada zamannya adalah SMA favorit, tidak bisa saya hilangkan begitu saja dari benak saya! Karena sekolah saya itu berada di pusat kota, dan termasuk SMA “tua” sehingga saya sempat kaget ketika pertama kali memasuki gerbangnya. Dari gerbang itu saya “melihat” sehari-hari, betapa banyak sekali anak-anak orang kaya, pejabat, jenderal, artis, dan tokoh-tokoh politik, disekolahkan di sini. Saya dan kawan-kawan (yang posisinya “rakyat biasa”) haruslah beradaptasi dengansikon itu. Tidak heran banyak mobil yang selalu menjemput mereka, dan bahkan mereka menyetir sendiri, banyak di antara mereka yang cantik dan ganteng, dan pintar pula. Tapi…ya…ada juga sih di antara mereka itu masuk ke SMA tersebut karena “sejumlah uang”. Dan kelompok yang satu ini, prestasi akademiknya tidak istimewalah. Bahkan ada seorang siswi teman sekelas saya, duduk di bangku depan saya, dia seringkali minta contekan maupun mengutip PR dari saya, ehhhhhh….kelak bisa masuk ke ITB-Bandung…hm…hm…hm…tentu dengan uang pelicinlah.

Nah, ketika kami bertemu di acara reuni SMA saya itu dengan sebagian besar yang hadir sudah berstatus nyonya, bapaknya anak-anak, bujang lapuk (ha ha ha ha)…saya pribadi kaget! Mendengar si anu, si itu, sudah meninggal dunia, atau keberadaan teman tidak tahu di mana dia sekarang, tidak mau datang reuni karena alasan tak jelas, dan sebagainya. Namun yang menjadi catatan saya, ada beberapa di antara teman-teman itu yang dulu “cemerlang” kini jadi biasa-biasa saja, bahkan ada yang tidak kuliah ataupun kuliahnya tidak selesai. Ada yang dulu “cemerlang” kecantikannya, kini sudah “redup” dan bobot badannyaajubillah. Yahhhh…saya hanya bisa merenung.Tuhan pengendali kehidupan kita! Setiap manusia di dunia ini, punya jalan hidup yang dapat dilakoninya dengan perjuangan keras maupun dengan rileks saja, bahkan dengan mengalir saja. Terserah!

Oleh sebab itu dorongan hati saya untuk menulis hal ini tidaklah tinggi-tinggi. Paling tidak ada beberapa temuan saya untuk direnungkan.

(1) Reuni bersama keluarga/teman-teman/sahabat, itu ternyata diperlukan untuk membantu kita melihat “seperti” apa kita sekarang.Teman-teman, anggota keluarga yang telah berpencar-pencar, menjadi tolak-ukur keberadaan kita saat ini. Dan demikian pula sebaliknya. Mereka pun dapat melihat dirinya dengan cermin dari keberadaan kita saat ini, saat jumpa di acara reuni.

(2) Reuni yang diadakan dalam jarak waktu yang relatif lama, sehingga menghadirkan perenungan yang dalam terhadap perilaku yang dulu dilakukan, pada akhirnya dapat menimbulkan sebuah “penyesalan positif” sehingga mendorong sebuah kata “maaf” keluar dengan ketulusan hati yang dalam. Ohhh…alangkah mahalnya harga kata “maaf” yang tulus, sekarang ini. Bukankah, yang sering muncul saat ini adalah “maaf” diplomasi/politik/basa-basi?

(3)Reuni yang kita hadiri juga merupakan arena “pembelajaran” dari berbagai “ilmu/keterampilan” yang dilakukan selama ini oleh teman-teman kita/keluarga besar kita. Mengapa mereka sukses, mengapa mereka pernah “jatuh” akan tergali bukan hanya pada saat reuni berlangsung, namun juga dapat terjalin komunikasi yang berkesinambungan. Wah…betapa mahal “ilmu” yang diturunkan langsung oleh si pelaku dibandingkan dengan membaca buku-buku atau mengikuti kursus-kursus.

Ya! Demikianlah. Mari kita reuni! Tapi yang paling penting dari semua itu adalah ketika kita hadir padareuni yang diadakan Tuhan Yesus.

Setelah DIA disalibkan, mati dan dikuburkan, lalu bangkit, dan akhirnya DIA menjumpai murid-murid-Nya di sebuah rumah…ohhhh…alangkah indahnya acara reuni itu! Di situ terbukti bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat manusia. Juga di situ terbukti bahwa murid-murid-Nya (termasuk kita sekarang) tidak ragu-ragu lagi imannya. Percaya sepenuh hati bahwa dia adalah Kristus.

Jadi, masih ada kesempatan bagi kita untuk hadir pada acara reuni yang diadakan Yuhan Yesus bagi umat yang menerima dan percaya pada-Nya. Yakni pada kedatangan-Nya untuk yang kedua kali! Ayo…pesan dan ambil undangan-Nya dari sekarang! Dengan menunjukkan bukti iman dan kehidupan kita yang dilandasi Firman Tuhan berikut ini; "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)

berikan KAMI SEORANG AYAH

Secarik kertas koran terbang dikipas angin dan tersangkut pada tiang listrik. Dari kejauhan bisa aku baca judul besar yang tertulis dengan warna merah pada halaman kertas itu yang mengingatkan saya akan natal yang kini tiba. Malam nanti adalah "Malam Kudus, Malam Damai". Dan setiap hati pasti mengimpikan agar di malam ini mereka bisa menemukan setitik kesegaran, menemukan secercah kedamaian yang dibawa oleh Allah yang menjelma.




Judul di kertas koran itu tertulis dalam Karakter khusus bahasa Cina; "Selamat Hari Natal: Semoga Harapan Anda Menjadi Kenyataan." Karena tertarik dengan judul tersebut, saya memungut kertas koran yang sudah tercabik dan kotor itu dan membacanya. Ternyata ini merupakan halaman khusus yang sengaja disiapkan bagi siapa saja agar menuliskan impian dan harapannya. Koran ini seakan berperan sebagai agen yang meneruskan harapan mereka agar kalau boleh bisa didengarkan oleh Santa Klaus atau oleh Allah sendiri. Ada kurang lebih tiga puluh harapan yang dimuat di halaman koran hari ini. Namun saya tertarik dengan harapan yang ditulis oleh seorang gadis kelas tiga SMP:

"Tuhan...apakah Engkau sungguh ada? Aku tak pernah tahu tentang Engkau. Aku tak pernah melihat diriMu. Namun banyak orang mengatakan bahwa malam ini Engkau yang jauh di atas sana akan menjelma menjadi seorang manusia sama seperti diriku dan mendengarkan setiap harapan yang ada di dasar setiap hati. Tuhan kalau Engkau sungguh ada dan malam ini mengetuk hatiku, aku akan mengatakan kepadaMu bahwa aku butuh seorang ayah. Berikanlah aku seorang ayah. Aku tahu bahwa harapanku ini bukanlah sesuatu yang baru, karena sejak kecil aku secara terus-menerus merindukan hal ini."

"Kata ibuku di rumahku ada seorang ayah. Aku tahu bahwa di rumahku, di samping ibuku masih ada seorang lelaki yang hidup bersama kami. Dan kata ibu dia inilah yang seharusnya aku panggil ayah. Namun aku tak pernah merasakan cinta seorang ayah. Setiap hari kami tak pernah mengucapkan lebih dari tiga kalimat. Ketika kami saling berpapasan, yang aku rasakan cumalah kebencian yang terpancar dari sudut kedua matanya."

"Benar bahwa ia membayar uang sekolahku. Ia juga membiayai kebutuhan hidupku. Tapi... sebatas itukah yang disebut kasih sayang seorang bapa? Dia tak lebih dari pada seseorang yang harus memenuhi sebuah tuntutan hukum untuk mendampingi diriku, tetapi ia bukanlah ayahku. Setiap ongkos yang keluar untuk membayar uang sekolahku harus aku bayar dengan derai air mata dan isakan tangis, harus aku bayar dengan mata yang membengkak. Inikah kasih sayang seorang bapa?¡¨

"Tuhan...apakah Engkau mendengarkan diriku? Malam ini ketika Engkau menjelma menjadi seseorang seperti diriku dan menjenguk bathinku, hanya satu hal yang aku harapkan. Berikanlah aku seorang bapa. Seorang bapa yang mencintaiku, seorang bapa yang bisa menasihati aku bukan mencaci diriku."

Setelah membaca tulisan ini aku bisa merasakan kepedihan yang bercokol dalam diri si gadis ini. Aku pernah menjadi seorang anak tiri, anak yang kehilangan seorang bapa ketika masih berumur dua tahun. Dan betapa dalam dan besarnya kerinduanku untuk bisa merasakan kasih sayang seorang bapa. Ketika berumur sembilan tahun aku akhirnya boleh memperoleh seorang ayah lagi.

Namun temanku, aku yakin anda pernah membaca kisah hidup anak tiri. Aku tak hanya membaca, namun dengan hidupku sendiri aku mengalaminya. Ternyata kerinduanku untuk menyapa seseorang sebagai bapa hanya bisa bertahan dalam mimpi. Itulah nasib menjadi seorang anak tiri. Namun waktu terus bergulir. Bapa tiriku kini telah ubanan. Kalau dulu aku bermimpi untuk dicintai oleh seseorang yang boleh aku panggil sebagai bapa, walau mimpiku ini tak pernah menjadi kenyataan, namun kini aku hanya bisa berjuang untuk mencintai seseorang dengan harapan bahwa ia boleh menyapa aku sebagai anaknya. Yang ada di dasar bathinku bukanlah rasa marah dan dendam. Tapi belas kasihan. Dan ini hanya menjadi mungkin karena aku telah mengalami cinta seorang Bapa yang dibawa oleh seorang bayi mungil di kandang hina. Yesus yang lahir dalam dingin telah mengatakan kepadaku bahwa ada seorang Bapa yang selalu dan senantiasa mencintaiku. Aku tak perlu lagi mencari dan bermimpi. Kini adalah giliranku untuk membalas cinta tersebut dengan mencintai orang lain, dan...terutama mencintai ayah tiriku.

untuk apa sih LO, GUE dan Mereka Ke Gereja..?

Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah. Mereka adalah anak-anak muda - anak muda yang sangat cerdas dan sering menggoda nenek mereka.

Kali ini, Tom mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek masih pergi ke gereja pada hari minggu?"

"Tentu!"

"Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa memberitahu kami tentang Injil minggu lalu..?"

"Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya."

"Lalu apa khotbah dari pastor?"

"Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah. Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan, Nenek menyukai khotbah itu."

Tom menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak mendapatkan sesuatu dariNya?"

Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana termenung. Dan anak-anak lain tampak menjadi malu.

Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur."

Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya kepada Tom sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, dan isilah dengan air, lalu bawa kemari!"

"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu? Air didalam tas rajutan....!"

"Nek, apa ini bukan lelucon?" tanya Tom.

"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan. Nenek ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."

Maka Tom berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes-teskan ..

"Lihat,nek," katanya. "Tidak ada air di dalamnya."

"Benar," kata Nenek.

"Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang. Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kamu tidak mengetahuinya."

Kekuatan di dalam Diri

Ada kekuatan di dalam cinta,
Orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan keinginannya Untuk mementingkan diri sendiri.

Ada kekuatan dalam tawa kegembiraan,
Orang tertawa gembira adalah orang yang kuat Karena ia tidak pernah terlarut dengan tantangan dan cobaan

Ada kekuatan di dalam kedamaian diri
Orang yang dirinya penuh damai bahagia adalah orang yang kuat Karena ia tidak pernah tergoyahkan
Dan tidak mudah diombang-ambingkan.




Ada kekuatan di dalam kesabaran,
Orang yang sabar adalah orang yang kuat Karena ia sanggup menanggung segala sesuatuDan ia tidak pernah merasa disakiti.

Ada kekuatan di dalam kemurahan,
Orang yang murah hati adalah orang yang kuat Karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya
Untuk melakukan yang baik bagi sesamanya.

Ada kekuatan di dalam kebaikan,
Orang yang baik adalah orang yang kuat Karena ia bisa selalu mampu melakukan yang baik bagi semua orang

Ada kekuatan di dalam kesetiaan,
Orang yang setia adalah orang yang kuat Karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi
Dengan kesetiaannya kepada Allah dan sesama.

Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan,
Orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat Karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam.

Ada kekuatan di dalam penguasaan diri,
Orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat Karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.

Sadarkah teman bahwa engkau juga memiliki cukup Kekuatan untuk mengatasi segala permasalahan dalam hidup ini?
Dimanapun, seberat dan serumit apapun juga.
Karena pencobaan tidak akan pernah dibiarkan melebihi kekuatan kita

Maem Siang sama Yesus


Ada seorang anak yang rindu bertemu dengan Tuhannya. Ia menyadari bahwa perjalanan panjang diperlukan ke rumah Tuhan, karena itu dikemaslah tasnya dengan kue Twinkies dan satu pack root beer berisi 6 kaleng lalu memulaikan perjalanannya.

Ketika telah melampaui beberapa blok dari rumahnya, ia bertemu dengan seorang tua. Ia sedang duduk di taman dekat air memperhatikan burung burung.

Sang anak duduk dekat dengannya lalu membuka tas. Ketika ia mengambil root beer (bir tidak beralkohol) untuk melepaskan dahaganya ia perhatikan bahwa orang tua itu kelihatan lapar sedang memandang padanya. Dengan segera ia menawarkan kue Twinkie kepada orang tua itu.

Dengan gembira ia menerima dan memberikan senyum padanya. Senyum itu luarbiasa menarik sehingga anak ini senang untuk menikmatinya lagi. Itu sebabnya anak ini menawarkan lagi kepada orang tua itu sekaleng root beer.

Sekali lagi, ia tersenyum kepadanya. Anak ini sangat gembira! Sepanjang petang mereka duduk disana, makan dan tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Ketika malam turun, anak ini merasa lelah, ia berdiri untuk meninggalkan tempat itu, namun sebelum ia melangkahkan kakinya, ia berbalik dan lari ke orang tua itu dan memberikan sebuah pelukan.

Orang tua itu memberikan senyumnya yang lebar. Ketika anak ini membuka pintu rumahnya beberapa waktu kemudian, ibunya terkejut melihat kegembiraan memancar di wajah anaknya. Ia bertanya: Apa yang terjadi hari ini sehingga membuat kamu begitu senang?

Sang anak menjawab: "Saya berkesempatan makan siang bersama Tuhan".

Dan sebelum ibu memberikan responsnya, anak ini menambahkan: " Ibu, Ibu tahu senyumnya, itulah senyum paling indah yang pernah saya lihat".

Sementara itu, si orang tua, juga penuh dengan kegembiraan, pulang kerumahnya. Anaknya terpesona melihat kedamaian memancar diwajahnya dan bertanya: "Ayah, apa yang terjadi hari ini membuat kamu sangat bergembira?

Ia menjawab: "Saya makan Kue Twinkies di taman bersama Tuhan".

Dan sebelum anaknya merespon, ia menambahkan: "Kamu tahu, Dia lebih muda dari yang saya duga."

Terlalu sering kita menganggap remeh kuasa dalam senyum, jamahan, kata-kata yang baik, telinga yang mendengar, pemberian yang tulus atau perhatian perhatian kecil. Semua itu berpotensi membuat kehidupan seseorang menjadi istimewa atau bahkan merubah kehidupan seseorang.