Kemarin saya menonton Ladies In Lavender. Jalan cerita akan diungkapkan di sini secara gamblang berhubung film ini lumayan susah ditemukan.
Berlatarkan
Inggris pada tahun 1936, kakak beradik lanjut usia Janet (Maggie Smith)
dan Ursula (Judy Dench) menemukan sesosok tubuh teronggok di tepi
pantai setelah sebuah badai besar. Mereka lantas bergegas menuju tubuh
laki-laki relatif tampan yang ternyata masih hidup itu. Namanya Andrea
Marowski (Daniel Brühl). Ia adalah pemuda Polandia yang hendak
berimigrasi ke Amerika Serikat. Sayang, di tengah jalan kapalnya karam
dihantam badai besar.
Kondisi
fisik Andrea yang parah menyebabkan Janet dan Ursula sepakat untuk
menampungnya di rumah. Tidak lama kemudian, kakak beradik ini mendapati
bahwa mereka jatuh suka pada pemuda yang tidak bisa berbahasa Inggris
ini. Andrea mengingatkan Janet dengan tunangannya yang terbunuh di
Perang Dunia I, sementara Ursula merasakan suatu hal sentimental yang
sebelumnya tidak pernah dirasakannya. Muncul semacam persaingan di
antara mereka. Agak lucu juga melihat kakak beradik berambut putih ini
bertingkah seperti anak SMP demi memperebutkan perhatian seorang
laki-laki muda.
Andrea Marowski
Janet
dan Ursula kemudian mendapati bahwa 'tamu' mereka sangat berbakat
bermain biola. Perasaan protektif mereka bertambah. Terlebih ketika
bakat Andrea juga disadari Olga, seorang perempuan cantik adik violinist
terkenal Boris Daniloff. Kakak beradik itu takut Olga akan merebut
seluruh perhatian Andrea. Maka ketika Olga menyurati Janet dan Ursula
untuk menawarkan Andrea kesempatan bermain biola, kakak beradik ini
tidak meneruskan berita tersebut.
Sepandai-pandainya
tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Andrea akhirnya mengetahuinya
sendiri. Tentu ia murka terhadap Janet dan Ursula yang menutupi berita
tersebut. Namun, Andrea segera mengerti bahwa kedua perempuan tua yang
menyelamatkan hidupnya itu hanya tidak ingin kehilangan dirinya.
Ursula, Janet, dan Olga
Bagaimanapun,
Olga mengajak Andrea pergi ke London secepatnya untuk bertemu kakaknya.
Meskipun Andrea peduli kepada Janet dan Ursula, ia mengerti bahwa
kesempatan ini tidak bisa dilewatkan. Andrea pun pergi tanpa berpamitan
kepada si kakak beradik. Kepergiannya membuat mereka, terutama Ursula,
merasa sangat terpukul. Walaupun lambat laun Janet dan Ursula menerima
kalau memang itu yang semestinya terjadi.
Cerita
ini mengganggu benak saya. Selama hidup, sulit rasanya untuk melepaskan
sesuatu yang disukai dan pernah bersentuhan dengan hidup saya.
Seringkali saya menggenggamnya mati-matian, dan tanpa sadar membuat apa
yang saya genggam betul-betul mati. Kekuatan genggaman saya seperti
membunuh semua kenangan baik yang ada di antara saya dan apa yang saya
genggam.
Saya
mengerti ketika Janet dan Ursula merahasiakan kesempatan bermain biola
kepada Andrea. Jelas itu tidak benar, tetapi bagaimanapun mereka
menikmati kehadiran Andrea dan tidak ingin sosoknya cepat pergi dari
kehidupan mereka.
Hampir selalu, jalan
yang baik bukanlah jalan yang paling mudah dilalui. Meskipun telah
berniat untuk berbuat benar, seringkali yang ditempuh adalah jalan yang
paling gampang. Kadang-kadang, saya meniatkan dengan sebuah persyaratan:
apabila pihak lain melakukan hal yang benar barulah saya juga akan
melakukan hal yang benar. Namun, dalam bertingkah laku seseorang tidak
bisa menggantungkan dirinya pada perilaku orang lain. Seringkali dengan
menempuh jalan yang termudah seseorang tidak hanya bersikap tidak adil
kepada pihak yang bersentuhan dengannya tetapi juga tidak adil kepada
dirinya sendiri ... apa betul begini?
Saya
sempat merasa bahwa apa yang diterima Janet dan Ursula tidak adil.
Maksudnya mereka sudah menyelamatkan nyawa Andrea, dan pemuda itu malah
sempat meninggalkan mereka tanpa berpamitan ....
Saya takut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar