Pada suatu hari di sebuah kota, tinggallah dua orang bersahabat.
Mereka bersahabat sudah dari sejak kecil. Mereka tertawa bersama,
menangis bersama, bermain bersama, saling mengerti dan saling memahami
satu dengan yang lain. Pendeknya mereka bersahabat sangat baik dan semua
masalah diselesaikan mereka berdua baik-baik.
Pada suatu
hari, ketika mereka sudah dewasa, keduanya memiliki pasangan hidup
dengan lelaki yang sama-sama disukai oleh mereka berdua. Sahabat yang
satu sangat mencintai lelaki itu namun sahabat yang lain tidak
mengetahui bahwa sahabatnya telah lebih dahulu jatuh cinta dan akhirnya
mereka bertengkar mulut dan pertengkaran mulut itu berakhir pada suatu
perpecahan. Singkat cerita mereka tidak lagi bersahabat.
Kemudian setelah beberapa tahun salah satu dari sahabatnya sakit
keras dan ginjalnya tidak berfungsi lagi serta harus menjalani cuci
darah. Sedangkan dia adalah orang yang kurang mampu. Kemudian
teman-teman dari gerejanya datang membantu,mereka turut prihatin dengan
keadaannya dan mereka memberitahukan keadaannya pada sahabatnya.
Sahabatnya masih dongkol, kesal dan marah namun sahabat ini sedih
melihat keadaan sahabatnya yang terbaring sakit dan akhirnya sahabat ini
memutuskan untuk mendonorkan ginjalnya untuk sahabatnya yang sedang
sakit ini. Akhirnya sahabat yang sakit ini lama kelamaan pulih dan
sembuh dari sakitnya. Sahabat yang sakit ini pada suatu hari berkata
kepada sahabatnya " Sahabatku, maafkan aku selama ini, aku sudah
membuatmu berduka, aku bukan sahabat yang baik buatmu." Lalu kemudian
sahabatnya berkata kepada sahabatnya yang sakit " Sudahlah, tidak usah
dipikirkan masalah lalu, biar bagaimanapun aku tetap adalah sahabatmu
dan kita akan tetap bersahabat sampai mati."
Setiap orang
di dunia ini tentunya menginginkan seseorang sahabat yang bisa menjadi
sahabat yang baik baginya. Seseorang dalam hidupnya membutuhkan
penghargaan dan kasih dari sahabatnya. Namun, tidak semua orang bisa
menjadi sahabat sejati. Amsal 17:17 mengemukakan tentang ciri-ciri seorang sahabat sejati yaitu menaruh kasih setiap waktu, baik suka maupun duka, dan bisa menjadi seorang saudara dalam kesukaran ( bisa memahami dan ikut berempati dengan kesusahan sahabatnya).
Tidak
ada orang bisa menjadi sahabat sejati, namun Alkitab memberikan contoh
sahabat yang baik yaitu antara Daud dan Yonatan yang tetap mengasihi
dalam suka maupun duka dan tetap menjadi sahabat dalam keadaan terjepit
sekalipun. Inilah contoh sahabat yang cukup baik menurut Alkitab. Namun
kalau kita perhatikan, berbeda dengan sahabat-sahabat Ayub pada saat
kesusahan Ayub, mereka meninggalkan Ayub dan menyalahkan Ayub bukan
menghibur dan menguatkan Ayub. Demikian juga dengan sahabat dalam
perumpamaan tentang anak yang hilang ( Lukas 15) , sahabat-sahabatnya
meninggalkannya saat dia berada dalam kesusahan bukan menghibur dan
menguatkannya.
Namun kita mempunyai sahabat yang baik
seperti Tuhan, tidak ada satu manusiapun yang menjadi sahabat yang baik
bagi sahabatnya akan tetapi Tuhan ketika kita dalam suka dan duka dia
adalah sahabat kita, tempat kita mengadu, tempat kita bersandar (Amsal 17:17; Yohanes 15:15). Amin !
Joy to The World
Tidak ada komentar:
Posting Komentar