saat kemudian pintu kamarku diketuk orang dan seraut wajah anaku mengintip. si Nuoh, anak pertamaku lelaki langsung masuk ke kamarku. Ia kelihatan sudah rapi, remaja 18 tahun yang duduk di bangku kelas 2 SMA itu iba melihat diriku, ayahnya yang gak karuan ini.
anaku menanyakan ibunya
“Lagi sakit ya Abah, Kayaknya demam nih, apa gak ada selimut lagi nih, Ntar ya abah!”, ujarnya sembari keluar dari kamar papanya
Gak ada satupun dari pertanyaan itu sempat ku jawab.
Demikianlah Nuoh, tipikal remaja abg yang
ugal-ugalan sama seperti aku masih muda dulu namanya juga anakku pasti mirip aku papanya.
Tak lama kemudian anakku masuk kembali
dengan menjinjing sebuah bungkusan plastik, “Nih Nuoh beliin bubur ayam
kesukaan Abah, walau sakit perut harus diisi yang Bah.”
Kini bahkan dia menyuapi diriku yang
terbaring lemah. Kuterima aja kebaikan dari anak pertamaku. Sehabis disuapinya, aku kembali berbaring lemah di ranjang.
“Masi menggigil ya, apa gak ada selimut lagi nih?”
Aku menggeleng lemah menjawab pertayaan terakhirnya.
anakku menatap iba diriku yang teronggok
lemah di ranjang, “Biar Nuoh angatin ya Bah”, katanya sambil membuka
selimut atau tepatnya seprai yang menutupi diriku. Karuan aku diserang
rasa dingin,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar