Di suatu perkampungan puncak gunung Pegunungan Bintang, hiduplah
sekelompok orang yang masih murni. Mereka belum mengenal kemajuan
modern. Mereka masih mengandalkan hasil alam. Mereka percaya bahwa alam
dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Suatu
hari datanglah seorang dari negeri maju. Melihat kondisi masyarakat di
perkampungan itu, ia merasa prihatin. Lantas timbul keinginannya untuk
memajukan masyarakat di perkampungan itu. Ia mulai memperkenalkan
bibit-bibit pertanian. Yang paling menarik adalah bibit yang terbungkus
dalam plastik putih, yaitu ‘bibit angin’.
Menurut orang
itu, kalau bibit angin itu ditabur, akan tumbuh mata angin yang
menyemburkan angin segar. Hasilnya, udara akan makin segar dan
menyehatkan. Puluhan bahkan ratusan bungkus bibit angin ludes. Bahkan
masyarakat di kampung itu rela mengeluarkan kekayaan mereka untuk
membeli bibit angin.
Selang beberapa hari, udara
pegunungan mulai terasa sejuk, karena bibit angin mulai tumbuh. Angin
mulai bertiup dari bibit kecil itu kian ke mari sampai pegunungan lain.
Bulan berganti bulan. Tumbuhan itu semakin besar. Lobang untuk keluar
angin pun semakin besar. Akibatnya, bukan lagi angin yang keluar. Yang
keluar adalah badai angin yang tak terkendali. Masyarakat pun mulai
ketakutan. Angin yang ditabur, ternyata badai yang dituai.
Seringkali
manusia tidak bisa mengendalikan diri. Sudah memiliki barang-barang
kebutuhan hidup yang sudah melimpah, tetapi masih juga ingin memiliki
barang-barang itu. Mengapa Komisi Pemberantasan Korupsi mesti dibentuk
oleh DPR? Jawabannya, karena manusia tidak bisa mengendalikan diri.
Korupsi yang terjadi itu merupakan akibat dari kurangnya manusia
mengendalikan dirinya. Manusia tidak bisa membedakan antara keinginan
dan kebutuhan. Yang diinginkan itu belum tentu sudah menjadi kebutuhan
hidup.
Karena itu, dalam hal ini orang mesti
sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan hidupnya. Keinginan manusia itu
mesti diatur dan dikendalikan. Tujuannya agar manusia tidak dikuasai
oleh keinginan itu. Orang yang berhasil menguasai keinginannya akan
menikmati hidup ini dengan damai dan tenteram. Orang tidak dikejar-kejar
oleh keinginan dirinya.
Sebagai orang beriman, kita ingin
agar hidup kita senantiasa berada di bawah kontrol diri kita. Untuk
itu, kita perlu bertanya diri, apa yang sesungguhnya kita butuhkan dalam
hidup ini? Mengapa sesuatu itu ingin kita miliki?
Kalau
kita berani bertanya diri tentang kebutuhan hidup kita, saya yakin kita
akan lebih kritis dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan hidup kita. Kita
akan menjadi orang-orang yang mampu mengendalikan diri kita terhadap
setiap bentuk godaan. Mari kita berusaha terus-menerus menaburkan benih
kebaikan dalam diri kita. Dengan demikian, kita tidak menuai badai yang
menghancurkan diri kita sendiri. Tuhan Memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar