Hampir tiap orang di dunia ini pernah mempunyai seorang sahabat
karib, entah pada saat kita masih kecil maupun saat sekarang
ini. Bagaimana kalau Anda di tinggal mati oleh sahabat karib
Anda? Tempat dimana Anda bisa berbagi suka maupun duka. Hal inilah yg
terjadi pada saat ini dengan diri saya, sobat karib saya, Ben kemarin
telah meninggal dunia dalam usia 46 tahun, karena penyakit kanker. Hal
ini mengingatkan kembali ketika saya di tinggal mati oleh si Udin.
Sejak
usia 2 tahun saya telah di tinggal ayah, karena ia ditawan oleh tentara
Jepang. Ibu harus berkerja keras untuk bisa membiayai hidup
anak-anaknya.
Ibu sering melakukan puasa, karena tidak cukup makanan dirumah, bahkan kamipun sering tidur dengan perut lapar.
Hal
inilah yg mendorong saya untuk minggat dari rumah, karena ingin
meringankan bebannya Ibu. Padahal waktu itu usia saya baru 6 tahun
dengan rasa berat hati dan air mata terlinang saya berangkat meninggakan
kampung halaman dengan tujuan pergi ke kota besar Bandung, karena ingin
mencoba mencari nafkah sendiri
Saya
berangkat berdua dengan sobat karib saya si Udin yg usianya 3 tahun
lebih tua daripada saya. Ber-jam-jam kami berjalan kaki seharian tanpa
makan, sedangkan uang tidak kami miliki, satu-satunya harta yang kami
miliki ialah sehelai baju yang melekat dibadan kami.
Karena
sudah tidak tertahankan lagi, saya mengusulkan kepada si Udin untuk
mencuri buah-buahan di kebun orang, tetapi si Udin walaupun ia anak
yatim, ia sangat taat sekali kepada agama, ia melarang saya untuk
mencuri, ia bilang lebih baik kita mengemis daripada mencuri.
Kami
melewati satu gedung besar, dan kami berpikir disinilah kita bisa
mengemis untuk memohon sesuap nasi, tetapi belum saja kami bisa masuk ke
halaman rumah, kami telah dikejar oleh anjing sipemilik rumah, kami
lari terbirit-birit, tetapi dengan kaki yg masih kecil, saya belum bisa
berlari cepat, sehingga saya jatuh tersungkur dan anjing menggigit saya.
Akhirnya si Udin datang melindungi dan menghalau anjing tersebut.
Hujan
telah turun dgn deras, badan kami menggigil kedinginan, karena telah
tak tertahankan lagi, kami mencari makan di tempat sampah, ternyata
disitu masih ada sisa sepotong roti kecil, dan beberapa genggam nasi.
Karena
badan saya telah lemah lunglai apalagi telah digigit anjing, si Udin
memberikan roti maupun nasi tersebut semuanya untuk saya, makanlah ia
bilang, karena saya lagi puasa, walaupun kenyataannya tidaklah demikian,
tetapi ia mengikhlaskannya untuk saya.
Malam hari itu
kami tidur di emperan rumah orang, tepatnya di depan sebuah kelenteng.
Malam-malam saya terbangun, karena saya mendengar si Udin mengeluh
kesakitan, badannya menggigil, tak satu katapun bisa ia ucapkan tetapi
matanya kelihatan sayu.
Saya mengetahui ia sakit, karena
lapar, ia sudah tidak makan sejak lebih dari dua hari, dan bagian
makanannya selalu diberikan kepada saya, sehingga badannya menjadi
sedemikian lemahnya.
Dari luar kelenteng masih kelihatan
cahaya api lilin remang-remang diatas meja sesajen, tanpa pikir panjang
saya memanjat pagar dan pintu kelenteng untuk bisa masuk ke dalam,
akhirnya saya berhasil mencuri sesajen berupa dua potong kueh. Saya
berlari kepada si Udin cepat-cepat untuk memberikannya kepada dia,
karena saya merasa takut sekali kehilangan dia.
Ketika
saya tiba, saya berusaha memeluk badannya si Udin yang gemetaran dan
mencoba menyuapkan kueh ke dalam mulutnya, tetapi rupanya telah
terlambat. Sang Pencipta telah memanggil dia balik kepangkuan-Nya.
Apakah
Anda bisa membayangkan betapa perasaan seorang bocah berusia 6 th yang
di tinggal mati oleh kawan dan sobat satu-satunya yg pada saat itu tidak
memiliki siapapun juga, karena jauh dari kampung halaman?
Bagaimana perasaan Anda apabila sobat karib Anda meninggal dalam pelukan tangan Anda?
Dibawah
hujan rintik-rintik dengan badan menggigil kedinginan, saya menangis
terseduh-seduh. Saya mendekap badannya si Udin erat-erat dan dengan
suara tersendat-sendat saya mengucapkan: "Jangan tinggalkan saya, Din!
Jangan tinggakan saya seorang diri..."
Hal inilah yang
terulang dan teringat kembali, bagaimana sakitnya perasaan dan hati saya
di tinggal oleh seorang sobat karib. Dengan air mata terlinang saya
menyanyikan lagu: "What we have a friend in Jesus!"
Selamat jalan Ben!
A brother may not be a friend, but a friend will always be a brother. (Elia Stories)
Semoga Dia damai disana,, dan keluarga serta kamu yang ditinggalkan diberi ketabahan,,,
BalasHapusiya... ^^
BalasHapus