Ada seorang ibu mengeluh bahwa suaminya yang sudah sepuluh tahun
menikah dengannya ternyata tidak setia. Suaminya punya gandengan lain
yang lebih cantik dan muda. Ia mengaku, sejak awal perkawinan itu
suaminya tidak pernah memberinya nafkah baik lahir maupun batin.
Anehnya, mereka sudah punya dua orang anak yang manis-manis.
Ibu
itu juga tidak mengerti mengapa situasi seperti itu bisa terjadi. Yang
pasti baginya sekarang adalah suaminya lebih memperhatikan gandengan
barunya itu. Bahkan suaminya cuek saja, ketika ia mempersoalkan hal ini.
Ia menuntut agar suaminya kembali hidup bersama dengannya. Ia meminta
agar suaminya meninggalkan perempuan simpanannya.
Namun
suaminya tidak bergeming. Ia semakin mesra dengan cewek selingkuhannya.
Sang istri tambah sewot. Apalagi ia mesti menanggung hidup dirinya dan
kedua anaknya sendirian. Suatu hari, sang suami itu akhirnya
sungguh-sungguh meninggalkan rumah. Ia hidup bersama cewek simpanannya
itu.
Kisah seperti ini biasa kita dengar. Ada
ketidaksetiaan di antara suami istri, meski mereka sudah lama menjalin
hubungan perkawinan. Pertanyaannya, mengapa hal ini mesti terjadi? Ada
banyak sebab terciptanya situasi seperti ini. Mungkin saja pasangan itu
sejak awal tidak sungguh-sungguh saling mencintai. Mereka menikah karena
terpaksa. Bangunan cinta mereka belum sungguh-sungguh kokoh. Dengan
demikian, ketika terjadi goncangan terhadap bahtera perkawinan mereka,
perkawinan itu pun mudah goyah.
Jalan pintas yang
dilakukan adalah perpisahan. Padahal perpisahan itu melukai banyak
pihak. Selain suami istri yang mengalami perpisahan itu, anak-anak
mereka juga akan mengalami luka batin yang mendalam. Mereka bertumbuh
dalam suasana yang tidak seimbang. Tidak ada orang yang menjadi panutan
bagi hidup mereka. Mereka bertumbuh dalam suasana ketidaksetiaan.
Karena
itu, apa yang mesti dibuat oleh sepasang suami istri untuk
mempertahankan perkawinan mereka? Pertama, mereka mesti membangun cinta
yang lebih mendalam. Meskipun awalnya cinta mereka kurang mendalam,
mereka mesti bisa memulai suatu proses untuk semakin saling mencintai.
Ini tidak mudah. Namun mereka mesti mencoba. Mereka tidak boleh putus
asa.
Kedua, mempertahankan perkawinan meski digoyang oleh
gelombang itu untuk sesuatu yang mulia. Yaitu untuk kelangsungan cinta
mereka sendiri dan cinta akan anak-anak yang lahir dari cinta mereka.
Untuk itu, pasangan suami istri mesti tetap setia pada komitmen yang
telah mereka buat ketika menikah. Bertahan dalam cinta itu lebih indah
daripada menyerah kalah karena tantangan yang menghadang.
Sebagai
orang beriman, kita ingin agar pasangan suami istri tetap setia seumur
hidup dalam hidup perkawinan mereka. Karena itu, mereka mesti
menyerahkan hidup mereka kepada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang.
Tuhan akan senantiasa melindungi setiap suami istri yang penuh iman
mempertahankan bahtera perkawinan mereka. Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar