Dalam teori,
dongen, ataupun flm romantis, cinta menjadi satu sarat untuk bahagia.
Namun dalam kehidupan nyata, cinta menjadi salah satu “bahan”
yang dibutuhkan untuk menjalani hubungan jangka panjang. Sementara,
banyak orang hanya mengandalkan perasaan cinta yang bisa membutakan
dan membuat seseorang menjadi irasional. Sebuah hubungan tidak hanya
tentang emosi dan perasaan cinta semata. Sebuah hubungan juga
membutuhkan komitmen, tangung jawab, dan faktor eksternal, yaitu
waktu untuk menjalin hubungan. Hubungan adalah tentang komitmen untuk
memutuskan berbagaihal bersama sesuatu yang baik atau buruk. Menikah
ataupun tidak menikah, ketika kamu memutuskan menjalin hubungan
khusus dengan orang lain, saat itulah kamu terikat pada komutmen.
Bentuknya, menjalani hubungan dengan integritas, saling hormat, dan
salin menyayangi dalam berbagi keadaan. Termaksut ketika kamu berada
dalam emosi tinggi dan narah kepada pasangan.
Ketika jatuh
cinta biasanya kamu akan melakukan apa saja untuk cinta, dan bahkan
berbagai tindakan yang tidak rasional karena semuanya terasa indah
terlihat. Cinta memang tidak rasional dan tidak bisa di kendalikan.
Jika kamu membiarkan perasaan yang begitu emosional ini mendikte
perilaku kamu, maka kamu akan dengan secara segera menyadari bahwa
cinta sering kali hanya terjadi saat kamu sedang berada di atas dan
senang, bukanlah cinta sejati, namun cinta yang mengharapakn sesuatu.
Cinta itu
komitmen komitmen itu tidak tergantung pada hati dan perasaan
seseorang namun lebih tergantung pada pilihan yang kamu lakukan dan
diambil dengan sadar, sehingga kamu sadar bahwa kamu memiliki kembali
penuh atas komitmen kamu sendiri. Begitu pula cinta kita dengan
Tuhan, bagaimana kita menaati perintah Tuhan dan membenci apa yang
Tuhan benci, bagaimana komitmen kita dengan Tuhan. “ Serahkanlah
hidupmu pada TUHAN dan percayalah kepadaNYA, dan Ia akan bertindak”
(Mazmur 37:7). Jadi komitmen atau penyerahan kita kepada Allah harus
konsisten. Mari perhatikan kembali bagaimana cinta kita dengan Tuhan,
bagaimana cinta kita dengan pasangan kita, apakah hanya sekedar
mencintai tampa komitmen? Atau komitmen kita sudah mulai kendor.
CintaNYA adalah teladan untuk kita kembali kepada cintanya Tuhan,
memperbaharui komitmen kita terhadap Tuhan dan pasangan kita.
“Akan tetapi
Allah menunjukan KasihNYA kepada kita, oleh karena Kristus telah mati
untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar