Minggu, 29 Januari 2012

Rindu yang dititip padamu.

Hidup seperti sandiwara katanya…

punya perannya masing-masing, punya tanggung jawabnya masing-masing
ada yang berlari-lari, ada yang menari-nari, ada yang menahan kenyataan manis, pahit. ada yang tertidur di bawah emperan jalan tol, ada yang tertidur di hotel bintang lima. ada yang kelaparan ada pula yang menahan diet ketat dengan tidak memakan daging, ada yang berdiri dijalan sambil menengadah tangan ada yang kekenyangan di meja rumah makan sepuasnya, ada yang mengumpulkan 50 ribu untuk membeli makanan sebulan, ada yang menggunakan 50 ribu untuk makan sekali anak anjing cantiknya.
ada yang berdoa dengan menengadah tangan, ada yang berdoa dengan tangan terlipat, ada yang berdoa di gereja, di mesjid, di kuil, di pura, di hati-hati yang tertahan oleh kepercayaannya masing-masing.
ada yang doanya yang sampai langit langsung terbalas, ada doa yang tidak terbalas, ada doa yang belum terbalas, ada cinta yang hilang di jalan-jalan Braga ada cinta yang baru terjalin di lembah lembah siliwangi, ada pelacur yang mencari-cari cinta sejatinya di ujung-ujung gang, ada orang suci yang berjalan d gang sebelahnya, ada orang yang bertopeng kesucian di gang tengah-tengahnya.
tapi cintaku kutitip padamu dari atas-atas hujan yang turun perlahan-lahan sayangku
tapi rinduku  ketika aku mengecupmu, lembut tepat dikening kutitip di angin sepoi-sepoi sore hari
tapi nafasku kutitip padamu dewiku pada peran-peranku yang telah menghilang dihidupmu sayangku
berharap bercampur-campur pada memori yang selalu memudar seiring rambut yang memutih
tapi kesetiaanku kutitip padamu hatiku, biar pemilik langit yang menjadi saksi dan penengah antara kita berdua.
yang mungkin tidak akan pernah bersatu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar