Minggu, 19 Agustus 2012

Bulan Terang Di ujing Surabaya



Bulan, jangan pergi! Jangan kau sembunyi di balik awan!
Bulan, jangan menghilang! Jangan kau larut dalam kegelapan!
Bulan, temani aku! Disini sepi!

Semilir angin malam menggoyangkan pepohonan, mereka menyambut kedatanganku. Tikus-tikus dengan cepat bersembunyi, mereka tidak mau menggangguku. Rerumputan terus bergoyang, menggodaku untuk mendudukinya. Dan bulan, terus setia menemaniku dengan cahaya lembutnya.
Bulan, aku kesini mencarimu. Aku ingin menceritakan sesuatu, aku terjatuh! Aku terluka, dan aku tak tahu harus mengadu pada siapa..
Bulan, rengkuh aku dengan cahayamu! Bantu aku untuk tegar, aku terlalu lemah menerima kenyataan ini!
Bulan, hapuslah air mataku! Aku tak tahan menahan semua gejolak ini!
Bulan, jangan pergi! Jangan kau sembunyi di balik awan!
Bulan, jangan menghilang! Jangan kau larut dalam kegelapan!
Bulan, temani aku! Disini sepi!

***
Bulan, dengarkan ceritaku! Jangan acuh seperti itu!
Bulan, jangan tertawakan aku, jangan terus uji mentalku!
Bulan, apa aku harus terus menangis di hadapanmu?

Bulan, hari ini aku benar-benar terluka. Aku tak tahu harus cerita pada siapa. Aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan yang akan menghampiriku.
Bulan, apa yang harus kulakukan? Apa aku hanya bisa menangis seperti ini sementara orang yang kusayang akan segera meninggalkanku untuk selamanya?
Bulan, kenapa kau tak menjawab pertanyaanku? Aku butuh jawabanmu!
Bulan, dengarkan ceritaku! Jangan acuh seperti itu!
Bulan, jangan tertawakan aku, jangan terus uji mentalku!
Bulan, apa aku harus terus menangis di hadapanmu?

***
Bulan, aku takut jika takdir terus ingin menyakiti perasaanku..
Bulan, aku sudah terlalu lelah disakiti takdir dan ditinggalkan orang yang kusayang..
Bulan, haruskah aku ikut meninggalkan dunia ini? Aku sudah tidak tahan!

Bulan, aku sangat menyayanginya. Dia selalu ada untukku, dia belahan jiwaku. Aku tidak mau ditinggal mati untuk kesekian kalinya. Perasaan sakit sudah berkali-kali bersarang di hatiku. Mentalku sudah tidak kuat lagi menerima pahitnya kenyataan yang akan datang padaku. Mataku sudah kering karena tangisan beberapa hari ini. Aku takut kekasihku dibawa oleh takdir jahat yang membenci kebahagiaanku. Aku takut.
Bulan, kau masih mendengarku ‘kan? Kumohon, jangan sembunyi di balik awan! Jangan larut dalam kegelapan! Jangan pergi meninggalkanku disini! Aku masih terluka dan disini sangat sepi!
Bulan, hargailah perasaanku. Jangan bersikap acuh seperti itu! Kau menertawakanku? Sial, jangan terus uji mentalku! Aku sudah terlalu lama menangis..
Bulan, aku takut jika takdir terus ingin menyakiti perasaanku..
Bulan, aku sudah terlalu lelah disakiti takdir dan ditinggalkan orang yang kusayang..
Bulan, haruskah aku ikut meninggalkan dunia ini? Aku sudah tidak tahan!

***

Bulan, maukah kau membawaku terbang ke tempatmu? Aku ingin menatap kekasihku dari ketinggian sebelum terlelap..
Bulan, bolehkah aku bermain bersama bintang-bintang indahmu? Aku ingin tertidur dengan senyuman..
Bulan, bolehkah aku tidur bersamamu? Aku rindu rasa damai menyelimutiku..

Bulan, hari sudah semakin malam. Aku masih terus menangis, dan kau masih terus diam tak membalas kutukan-kutukanku. Disini dingin, bulan! Aku ingin kau peluk, apa kau mau?
Bulan, aku sudah mengantuk. Temani aku disini ya.. Aku tak mau pulang, aku takut..
Bulan, apakah takdir itu temanmu? Hasutlah dia, jangan bawa pergi kekasihku. Jangan rebut kebahagiaanku! Ancam dia, jika dia mengambil kekasihku, jangan kau mau berteman lagi dengannya!
Bulan, sampaikan salamku pada kekasihku ya.. Katakan padanya, aku sangat tidak ingin kehilangannya. Aku menyayanginya, sangat menyayanginya.
Bulan, maukah kau membawaku terbang ke tempatmu? Aku ingin menatap kekasihku dari ketinggian sebelum terlelap..
Bulan, bolehkah aku bermain bersama bintang-bintang indahmu? Aku ingin kembali tertidur dengan senyuman..
Bulan, bolehkah aku tidur bersamamu? Aku rindu rasa damai menyelimutiku..
Bulan, selamat malam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar